FORMAT PENDIDIKAN SEKOLAH TERPADU

Format Visi dan Misi

Format pendidikan haruslah memperhatikan konsekwensi logis dari perkembangan era global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan dan peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat serta harapan tentang masyarakat dunia masa depan. "Komisi Internasional Untuk Pendidikan Abad Dua Puluh Satu" dalam laporannya ke UNESCO, mengajukan rumusan tentang empat pilar pendidikan yaitu:

1. Learning to live together: belajar untuk memahami dan menghargai orang lain, sejarah mereka dan nilai-nilai agamanya.
2. Learning to know: penguasaan yang dalam dan luas akan bidang ilmu tertentu, termasuk di dalamnya learning to how
3. Learning to do: belajar untuk mengaplikasi ilmu, bekerjasama dalam team, belajar memecahkan masalah dalam berbagai situasi.
4. Learning to be: belajar untuk dapat mandiri, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan tujuan bersama.

Keempat pilar pendidikan masa depan itu kemudian diterjemahkan ke dalam format sekolah yang diharapkan mampu membantu siswa-siswi mereka untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi kehidupan di masa depan, yaitu: kompetensi keagamaan, kompetensi akademik, kompetensi ekonomi, dan kompetensi social pribadi. Format pendidikan yang berkualitas semestinya juga harus memperhatikan azas-azas psikologi, psikometri dan pedagogi. Semua aktivitas belajar selayaknya berlandaskan kepada pencapaian tugas-tugas perkembangan dan prinsip-prinsip belajar yang meliputi hal-hal yang terkait dengan kerja kognitif, individual differences, motivasi, bakat dan kecenderungan, serta tata hubungan antar individu. Semua itu kemudian akan mempengaruhi pola dan model instruksional, class management, class assessment, media belajar dan sebagainya.
Format sekolah yang menjanjikan perbaikan masa depan adalah sekolah yang memiliki paradigma pendidikan yang maju dan visioner. Pendidikan haruslah mampu menumbuhkan dan mengembangkan potensi fitrah peserta didik yang memiliki sederet keunggulan kompetitif guna menghadapi segala tantangan ke depan. Pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan yang memiliki karakter dan kemampuan sebagai berikut:

1. Memiliki pemahaman yang benar terhadap ajaran agamanya dan landasan keimanan dan ketaqwaan yang kokoh sebagai wujud dari kefahaman tersebut
2. Kemampuan riset dan teknologi yang tinggi
3. Penguasaan bahasa international yang cakap
4. Motivasi berprestasi dan Keterampilan belajar yang tinggi
5. Kepemimpinan yang kuat
6. Kesehatan yang prima
7. Keterampilan hidup (life skill)
8. Memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi
9. Kepedulian terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara"
10. Rasa percaya diri yang kuat, dan kebanggaan terhadap sejarah kepemimpinan Isalam.

Format Pembelajaran Sekolah Terpadu
Membangun suatu sistem pendidikan yang baik berarti menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang mampu membentuk kepribadian peserta didik. Dan kepribadian seseorang itu ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pengalaman belajarnya. Dengan demikian kegiatan pendidikan yang baik menuntut konsekwensi dengan menciptakan lingkungan belajar dalam suatu arena (area) belajar yang secara sengaja direkayasa sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar mengajar tersebut menjadi sesuatu yang menarik dan memunculkan gairah belajar yang tinggi pada diri peserta didik sehingga dapat membentuk pengetauan, sikap dan keterampilan yang ditargetkan. Untuk membangun sekolah yang menggairahkan, maka seluruh proses kegiatan belajar mengajar mestilah dibangun secara integratif, stimulatif, fasilitatif dan motivatif

1. Integratif (Terpadu)
Sekolah yang baik hendaknya menjadikan sistem dan pola penyelenggaraannya terpadu dalam aspek:
* Kurikulum, yakni mengintegrasikan kurikulum pendidikan umum dan agama, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Pengertian kuantitatif berarti memberikan porsi pendidikan umum dan agama secara seimbang. Sementara pengertian kualitatif berarti menjadikan pendidikan umum diperkaya dengan perspektif agama, dan pendidikan agama diperkaya dengan pendidikan umum. Dengan memadukan kurikulum umum dan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar, maka diharapkan peserta didik dapat memahami esensi ilmu dalam perspektif yang utuh. Mengetahui sesuatu untuk tujuan manfaat dan maslahat, dan mengamalkan keimanan dengan ilmu dan pengetahuan yang luas.
* Kegiatan belajar mengajar, yakni memadukan secara utuh ranah kognitif, afektif dan konatif dalam seluruh aktivitas belajar. Konsekwensinya, seluruh kegiatan belajar harus menstimulasi ketiga ranah tersebut dengan menggunakan berbagai pendekatan (metode dan sarana) belajar. Belajar tidak boleh lagi hanya terpaku pada pembahasan-pembahasan konsep dan teori belaka. Setiap pokok bahasan harus berupaya menarik minat anak terhadap pokok bahasan serta membimbing mereka untuk masuk pada dunia aplikasinya. Belajar melalui pengalaman (experential learning) menjadi suatu pendekatan yang sangat perlu mendapat perhatian dari pengelola sekolah. Dengan pendekatan langsung pada praktek yang memberikan pengalaman nyata kepada anak didik tentang pokok bahasan, experential learning juga akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar yang tinggi, karena suasana menyenangkan dan menantang akan selalu mereka dapatkan. Proses pembelajaran juga semestinya melibatkan semua inteligensi (multiple intelligences).
Oleh karena itu pendekatan yang dilakukan dalam mengoptimalkan pendekatan belajar mestilah berbasis student active learning. Siswa mesti dirangsang untuk aktif terlibat dalam setiaaktivitas dan guru lebih kepada fungsi fasilitator dan motivator. Beberapa pendekatan yang dapat dikembangkan untuk memacu seluruh sisi inteligensi antara lain dengan menggunakan model: case study, project, service learning, thematic learning, dan performance learning.
* Peran serta, yakni melibatkan fihak orangtua dan kalangan eksternal (masyarakat) sekolah untuk berperan serta menjadi fasilitator pendidikan para peserta didik. Orangtua harus ikut secara aktif memberikan dorongan dan bantuan baik secara individual kepada putera-puterinya maupun kesertaan mereka terlibat di dalam sekolah dalam serangkaian program yang sistematis. Keterlibatan orangtua memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam meningkatkan performance sekolah. Berdasarkan survey riset yang dilakukan oleh ISREP , hubungan yang kuat antara sekolah dan orangtua merupakan salah satu cirri dari sekolah-sekolah efektif di dunia. Beberapa program kerjasama dengan orangtua yang dapat dikembangkan antara lain dalam hal pengembangan kurikulum, pengayaan program kelas, peningkatan sumber daya pendanaan, pemantauan bersama kinerja siswa, proyek ekshibisi, perayaan, peningkatan kesejahteraan guru , pengembangan organisasi dan manajemen.
Sedangkan elemen masyarakat dalam konteks sekolah terpadu harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam bingkai pembelajaran. Sekolah yang baik seharusnya menjadikan segala apa yang ada di tengah masyarakat sebagai sumber belajar yang kaya dan nyata. Siswa dapat melihat langsung berbagai fenomena sosiologis, industri dan ekonomi, budaya, penerapan hukum, model pemerintahan, kelembagaan, bahkan sampai pada dunia kriminalitas dan mempelajarinya secara seksama. Dalam beberapa program instruksional, siswa juga dapat terjun langsung berinteraksi dengan bagian-bagian masyarakat tertentu untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepdulian akan nasib mereka.
* Iklim sekolah, yakni lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola perilaku dan segenap peraturan yang diwujudkan dalam kerangka nilai-nilai Islam yang syar'I maupun yang kauni. Nilai Islam yang syar'I melandasi segala aspek perilaku dan peraturan yang mencerminkan akhlak karimah. Sedangkan nilai Islam yang kauni mewujud dalam pola penataan lingkungan yang sesuai dengan hukum-hukum alam, seperti penataan kebersihan, kerapihan, keteraturan, keefektifan, kemudahan, kesehatan, kelogisan, keharmonisan, keseimbangan dan lain sebagainya.

2. Stimulatif
Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu memberikan stimulasi yang optimal kepada peserta didik. Memberikan stimulasi yang optimal sebaiknya menyesuaikan diri dengan bagaimana sifat-sifat dan gaya kognitif bekerja. Dalam hal ini psikologi kognitif dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya mengoptimalkan kemampuan daya serap anak dalam konteks belajar. Riding (2002) memaparkan bahwa strategi belajar hendaknya mempertimbangkan bagaimana memory bekerja (working memory) dan bagaimana gaya kognitif seseorang (cognitive style). Working memory sangat mempengaruhi performance seorang anak dalam menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan kemampuan problem solving, reasoning, penyerapan perbendaharaan kata baru, dan reading comprehension . Sweller (1998) melakukan riset yang mendalam bagaimana sebaiknya proses belajar (instructional process) memperhatikan masalah cognitive load dengan rekayasa media belajar yang efektif. Ia menyimpulkan bahwa belajar akan mendapatkan hasilnya yang optimal apabila proses instruksional memperhatikan split attention effect, redundancy effect, worked examples, dan penggunaan multimedia.
Sementara itu, gaya kognitif setiap orang berbeda. Riding dan Cheema (1991) dan Riding dan Rayner (1998) menyimpulkan bahwa gaya setiap orang berfikir terbagi atas dua gaya fundamental yaitu: the wholist-analytic yaitu dimensi gaya berfikir yang cenderung mengelola sesuatu dalam keseluruhan atau dalam bagian-bagian, dan the verbal-imagery; dimensi gaya berfikir yang cenderung menampilkan proses berfikirnya secara verbal atau dalam bentu mental pictures. Dengan dua dimensi cognitive-style tersebut muncullah berbagai kombinasi gaya kognitif siswa, seperti:analytic verbaliser, analytic bimodal, analytic imager, intermediate verbaliser, intermediate bimodal, intermediate imager, wholist verbaliser, wholoist bimodal, wholist imager. Sementara itu Lauren Bradway & Barbara Albers Hill (1993) mengemukakan tiga jenis gaya anak dalam konteks bagaimana ia menyerap pelajaran, yaitu: Litsener, Looker dan Mover.
Kiwari, pendekatan quantum learning mencoba menerapkan prinsip-prinsip psikologi pendidikan ke dalam ruang kelas sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar diarahkan untuk dapat menstimulasi seluruh indria anak melalui serangkaian kegiatan yang menggunakan multimedia. Inti dari quantum learning adalah bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, memompa motivasi belajar dan efektif.

3. Fasilitatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu menyediakan seluas-luasnya sumber dan media belajar. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan sumber belajar tradisional. Sumber dan media belajar haruslah diperluas tidak hanya di lingkungan sekolah, namun juga di lingkungan alam sekitar, masyarakat, instansi/lembaga, keluarga, mesjid, pasar, tokoh dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan informal juga dapat dijadikan media bagi proses belajar mereka, seperti: dalam hal berpakaian, aktivitas makan dan jajan, aktivitas ibadah, aktivitas kebersihan, aktivitas sosial. Dengan memperluas sumber dan media belajar, maka peserta didik akan mendapatkan pengalaman yang membentuk kepribadian.

4. Motivatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu membangkitkan motivasi berprestasi pada peserta didik. Dengan tumbuhnya need of achievement pada setiap siswa, maka ia akan selalu menjadikan seluruh aktivitasnya untuk meraih prestasi. Untuk dapat membangkitkan kebutuhan untuk selalu meraih prestasi, maka setiap pengalaman belajar anak haruslah dirasakan sebagai sesuatu pengalaman yang menyenangkan dan sekaligus menantang.
Kegiatan belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi proses yang interaktif antara peserta didik dengan sumber dan media belajar. Di sinilah pentingnya kemampuan guru untuk membuat suasana dan cara belajar dengan menggunakan berbagai pendekatan yang atraktif, yang pada dasarnya adalah merangsang seluruh indera peserta didik dan memanipulasi ranah kognitif, afektif serta konatif sekaligus.
Berbagai pendekatan yang atraktif antara lain: simulasi, role playing, eksperimen, eksplorasi, observasi, kompetisi, kooperasi (team work), proyek, brainstorming, diskusi dan seminar, lokakarya. Semuan metode dapat diterapkan dengan menggunakan problem solving based learning, research based learning, dan small group based leraning, . Sebaliknya, kegiatan belajar mengajar yang hanya mengandalkan stimulasi kognitif cenderung akan membosankan, dan potensial mengancam runtuhnya need of achievement pada peserta didik. Apalagi bila muatan kurikulum terasa berat, sehingga belajar menjadi suatu beban yang melelahkan dan menjemukan.
Lingkungan belajar yang motivatif juga harus memunculkan iklim sekolah yang sehat yang ditandai dengan pola interaksi dan pergaulan yang hangat bersahabat diantara seluruh tenaga pendidikan dengan anak didik tanpa kehilangan ketegasan dan kewibawaan mereka.

Format Manajemen Sekolah Terpadu
Lembaga pendidikan, yang dalam penyelenggaraannya melibatkan banyak orang, merupakan suatu organisasi yang berupaya mencapai tujuan pendidikan yang dicanangkan. Organisasi merupakan suatu wadah yang memiliki dimensi sistem sosial dan kepentingan bersama, karena terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai aktivitas-aktivitas dalam upaya mencapai suatu tujuan tertentu.
Sekolah dapat dipandang sebagai sebuah organisasi . Sekolah merupakan sebuah wadah yang terdiri dari sekumpulan manusia, yang melakukan interaksi dan koordinasi secara sadar dalam melaksanakan proses pendidikan sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan itu sendiri. Sekolah juga melakukan interaksi dan bergantung pada pihak-pihak luar di lingkungan lembaga seperti masyarakat dan orang tua murid. Oleh karena itu, sekolah bisa dikatakan sebagai organisasi, sebuah sistem terbuka. Sekolah merupakan sistem sosial dan dibentuk atas dasar kepentingan bersama untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan pendidikan.
Sebagai sebuah sistem, Sekolah juga mempunyai komponen-komponen input, proses output, lingkungan dan umpan balik. Input sekolah biasanya terdiri dari siswa, tenaga pendidikan, pembiayaan sekolah, regulasi pemerintah. Proses tranformasi meliputi antara lain kurikulum, proses belajar mengajar, motivasi, iklim, dan budaya sekolah. Output sekolah akan menghasilkan antara lain prestasi dan perkembangan siswa, kepuasan siswa dan wali siswa, kinerja dan kepuasan kerja tenaga kependidikan . Sedangkan umpan balik dalam sistem ini, merupakan informasi mengenai output atau proses yang akan berguna dan berpengaruh pada seleksi input pada masa datang, agar input sekolah dapat lebih baik kualitas maupun kuantintasnya. Untuk mendapatkan proses yang mengantarkan pada pencapaian tujuan, diperlukan suatu rekayasa manajemen organisasi yang efektif, dengan memperhatikan sifat-sifat dari proses itu sendiri.
Di bawah ini disampaikan suatu bagan sistem manajemen sekolah yang berorientasi pada sistem penyelenggaraan terpadu.

Bagian pengembangan kurikulum bertanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum pendidikan sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Bagian inilah yang selalu memantau sejauhmana efektivitas kurikulum yang sedang berjalan, dan dengan kapasitasnya terus melakukan study dan riset yang intensif guna menemukan perkembangan-perkembangan inovatif bagi pengembangan kurikulum ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, kurikulum sekolah berkualitas selalu mendapatkan perbaikan-perbaikan yang berkelanjutan.
Bagian Pengembangan SDM bertugas merekrut dan mengembangkan seluruh tenaga kependidikan dan staff sekolah menjadi tenaga-tenaga yang produktif. Bagian SDM bertanggung jawab penuh dalam untuk menumbuhkan motivasi kerja (motivation to work) yang dibarengi dengan tumbuhnya perasaan rasa memiliki (sense of belongingness), rasa kebersamaan (sense of togetherness), dan rasa saling percaya (sense of trustworthyness) terhadap sekolah. Bagian SDM juga bertugas mengembangakn kemampuan professional dan kompetensional seluruh guru.
Bagian Pengembangan Sarana bertugas menyiapkan segala sarana dan fasilitas demi berlangsungnya kegiatan pendidikan dengan baik. Bersama unit-unit sekolah, bagian ini juga ikut bertanggung jawab terhadap kebersihan, kenyamanan dan keamanan lingkungan sekolah. Tugas-tugas pemeliharaan, perbaikan dan pengadaan segala sarana dan fasilitas sekolah menjadi kegiatan rutin bagian ini.
Bagian Keuangan bertugas merencanakan anggaran dan belanja seluruh kegiatan sekolah, melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran dan arus keuangan baik masuk maupun keluar. Bagian ini juga bertanggung jawab merumuskan besaran kewajiban orangtua dalam memberikan kontribusi finansialnya kepada sekolah.
Bagian Sistem Informasi dan Administrasi mendukung tertibnya segala proses manajemen sekolah baik dalam sisi administrasi akademik maupun non akademik. Dengan sisitem informasi yang baik, pimpinan manajemen, para kepala sekolah, guru, murid bahkan orangtua akan mendapatkan data dan informasi yang bermanfaat untuk menentukan sikap ataupun pengambilan kebijakan.
Pengelolaan manajemen sekolah seharusnya memperhatikan nilai-nilai keefektifan pengelolaan dalam rangka menuju sekolah yang bermutu. Oleh karena itu pengelolaan organisasi sekolah seharusnya berpegang pada prinsip-prinsip total quality management. continuous improvement, dan quality assurance. Ketiga prinsip manajemen ini akan mengantarkan sekolah Islam menjadi sekolah yang efektif dan bermutu baik dalam aspek pengelolaan dan pelayanan maupun dalam penyelenggaraan kbm, yang semuanya diharapkan bermuara kepada kemaslahatan siswa, terbentuknhya karakter dan kompetensi yang ditargetkan.

Sumber : JSIT (http://jsit.or.id) 

Komentar